Breaking News

Astaga! Ternyata Begini Kajian Psikologinya tentang 'Tukang Kritik'

Ilustrasi tukang kritik.

PSIKOLOGIPEDIA.COM - Dalam kehidupan sehari-hari mungkin pernah ditemui orang yang hobinya berikan kritikan.

Anda atau orang lain mungkin selalu saja mendapat kritikan, keluhan kalau ketemu orang ini.

Entah tak suka dengan cara berpakaian Anda, cara makan Anda, cara jalan, cara ngomong atau apapun selalu tak lepas dari kritikannya.

Bagaimana sih kajian secara Ilmu Psikologi tentang orang dengan sosok seperti ini?

Seorang Psikolog mengupas hal ini.

Mellissa Grace MPsi Psikolog melalui akun medsos miliknya memaparkan lengkap tentang orang yang suka mengkritik.

Apa yang membuat orang suka melontarkan kritikan secara terus menerus pada orang lain?

Inilah pertanyaan menggelitik Mellissa Grace.

"Mungkin awalnya Anda berpikir ketika orang gemar melontarkan kritikan secara terus menerus pada orang lain artinya mereka sedang berusaha menyampaikan suatu pesan pada orang tersebut.....No! They are not."

Demikian tulis Mellissa.

Menurutnya orang suka melontarkan kritikan secara terus menerus pada orang lain bukan karena peduli pada orang yang dikritik tapi justru karena pengritik tersebut butuh melakukan hal tersebut.

Mellissa menilai kritikan dilontarkan kepada siapa, dalam suasana apa, kapan dan melalui apa bukan menjadi sebuah persoalan.

Tukang kritik sejatinya merasa bahwa dengan terus menerus berikan kritikan pada orang lain dapat sedikit mengatasi rasa insecure (tidak aman) yang mereka rasakan dalam diri mereka sendiri.

Tukang kritik mersa bahwa dengan melakukan hal tersebut akan dapat merasa diri sedikit lebih baik, lebih unggul, lebih pandai, lebih tahu, lebih bijak, lebih spiritual, bahkan lebih sempurna dibandingkan orang lain.

Hal ini justru menjadi simbol 'over-kompensasi' bahwa sesungguhnya jauh di dalam dirinya mereka merasa kurang dibandingkan orang lain.

Perasaan insecure sesungguhnya merupakan perasaan yang wajar dimiliki oleh setiap orang dalam batas wajar.

Namun tak seharusnya perasaan insecure tersebut menjadi pembenaran untuk merendahkan atau menyakiti orang lain hanya agar seseorang merasa lebih baik tentang dirinya sendiri.

Psikolog ini menyarankan bila Anda merupakan salah satu orang-orang tersebut hadapilah perasaan insecure diri Anda sendiri dalam cara-cara lebih cerdas dan bijak.

Yakni dengan menyadari perasaan tak aman yang dimiliki.

Mellissa menyarankan agar selalu memilih untuk menjadi teman, warganet, atau pasangan, atau kakak, guru, pengamat, orang tua yang supportive beri support-motivasi yang tulus untuk orang-orang sekitar Anda.

Dengan demikian Anda akan mendapatkan kembali perasaan hangat dan kasih dari lingkungan Anda (meski tak selalu dari orang-orang yang sama) yang akan membantu Anda merasa lebih nyaman dan aman menjadi diri Anda sendiri. (Psikologipedia.com)

Tidak ada komentar